FilomenaSmak.sch.id – OPINI – Ria Dahu – Asrama merupakan tempat di mana terdapat sekelompok orang tinggal bersama.
Sebagai inspirasi untuk hidup bersama (komunitas), pikiran beberapa Filsuf di bawah ini, dapat membantu kita untuk memahami tentang hidup komunitas.
Filauf Yunani Kuno alias Plato dalam karyanya Republik menggambarkan secara gamblang bahwa sebuah komunitasmencapai idealnya apabila terorganisir secara teratur, di mana individu hidup bersama dengan tujuan bersama. Hidup bersama ini menandai adanya tanggung jawab kolektif, yang menjadikan kehidupan komunitas sebagai pusat.
Selanjutnya tentang hidup komunitas, Aristoteles memberi kontribusi melalui pandangannya tentang manusia sebagai zoon politikon atau makhluk sosial. Status ini akan paling baik apabila berkembang atau dikembangkan dalam hidup komunitas. Dalam kehidupan berasrama, gagasan ini relevan karena kehidupan bersama memungkinkan perkembangan kebajikan, interaksi sosial, dan pencapaian kebahagiaan melalui hubungan sosial.
Filsuf Prancis, Michel Foucault dalam teorinya tentang kekuasaan dan kontrol turut memberi kontribusi bagi hidup bersama. Foucault menegaskan bahwa dalam struktur kekuasaan, terdapat potensi untuk mengatur interaksi sosial dalam hidup bersama. Di sini terdapat aturan dan fungsi pengawasan yang dapat mengendalikan perilaku individu.
Dari pemikiran beberapa Filsuf di atas, walaupun nampaknya secara longgar, tetapi tetap memberi input bagi cara berpikir kita untuk memahami; bagaimana seharusnya hidup komunitas dapat dipahami dan dapat dilaksanakan.
Beberapa point di bawah ini direfleksikan Penulis, dengan mengangkat hal-hal praktis sambil memperlihatkan makna pentingnya.
Hidup komunitas akan kacau apabila tidak ada aturan main yang mengikat. Sifat mengikat aturan dalam hidup bersama merupakan sarana untuk membentuk disiplin personal dan karakter kolektif. Sifat mengikat itu nampak melalui kenyataan bahwa pada sebuah asrama, otomatis terdapat aturan dan jadwal. Pada aturan yang ada, karena berlaku sebagai jaminan atas tertibnya hidup bersama, maka harus dipastikan bahwa aturan itu tidak boleh menguntungkan satu pihak sementara pihak lain dirugikan. Karena itu, sangat penting untuk dihayati bahwa di dalam rumah yang sama dan di bawah atap yang sama, harus berlaku prinsip solidaritas dalam disiplin. Disiplin tidak boleh menciderai substansi hidup bersama, yakni semangat solidaritas.
Displin dalam arti praksis menunjuk pada kenyataan personal, yang nampak melalui sikap menghargai waktu serta taat dan patuh pada norma dan nilai yang berlaku. Jaminan atas terlaksananya penghargaan dan ketaatan ialah sikap konsisten dan tanggung jawab. Taat tanpa konsisten akan menghasilkan taat semu. Penghargaan tanpa tanggung jawab akan menghasilkan formalitas.
Hidup berasrama membawa pengaruh positif bagi kedisiplinan peserta didik. Sikap disiplin dari sesama dalam hidup berasrama perlu segera dipandang sebagai daya yang menggerakkan kesadaran untuk menghargai komunitas.
Hidup bersama perlu diatur. Semua orang memang hidup di bawah aturan atau hukum yang telah ditetapkan ; entah oleh pemerintah ataupun oleh pihak yang berwewenang.
Dalam kaitannya dengan pendidikan karakter, yang pada umumnya lebih getol dilaksanakan dalam hidup berasrama, di sana terdapat pula peranan pemerintah; sekolah atau yayasan melalui output tata kelola dan bagaimana aturan kedisplinan dapat diterapkan bagi peserta didik.
Pemerintah ataupun yayasan sebagai lembaga yang menaungi sekolah, memang memiliki hak dan harus mengambil andil dalam penetapan aturan, baik di sekolah maupun di asrama. Sambil mengingat bahwa seringkali terjadi perbedaan persepsi antara aturan di sekolah dan asrama, dan karena itu menciptakan ekses, maka harus segera dipandang sebagai hal urgen, dan karena itu harus segera dibenahi pula.
Barangkali domain aturan berbeda antara yang berlaku di asrama dan yang di sekolah, tetapi harus dipastikan bahwa pendidikan karakter siswa-siswi harus tetap menjadi prioritas.
Seringkali terjadi bahwa mereka yang tinggal di asrama, pola hidup mereka jauh lebih teratur…. walaupun terkadang terjadi pula, bahwa tidak semuanya. Akan tetapi, beberapa perbandingan bisa kita lihat.
Bahwasannya, yang tinggal di asrama, umumnya lebih tertib bangun pagi; plus misa pagi, tertib makan pagi, tertib ke sekolah, tertib kerja, tertib olahraga dan ketertiban dalam banyak kegiatan lainnya. Kenyataan seperti ini dapat saja terjadi karena norma dan mekanisme pelaksanaan yang stagnan dari saat ke saat disertai dengan fungsi kontrol yang ketat entah dari pihak pendamping, pengurus asrama maupun dari anggota komunitas asrama itu sendiri.
Berdasarkan observasi terhadap locus di rumah dan atau di asrama, beberapa hasilnya di bawah ini, dapat kita lihat bersama.
Pertama, kita melihat peserta didik yang tinggal dirumah. Tinggal di rumah tentunya hal yang menyenangkan karena segala kebutuhan hidup dipenuhi. Tinggal bersama orang tua atau tidak jauh dari orang tua. Seringkali bebas melakukan apa saja tanpa ada halangan. Belajar pun bisa sesuka hati. Apalagi fungsi kontrol orang tua lemah. Menjalani hidup tidak bergantung pada waktu. Bahkan banyak waktu disia-siakan begitu saja. Kedua, kita melihat yang hidup di asarama.
Kedua ; Hidup di asrama, tentunya menyenangkan karena ada banyak teman sebaya yang banyak dan bisa saling berbagi cerita. Segala kegiatan sudah di tetapkan oleh yang berwewenang dalam mengurus asrama. Belajar sesuai jadwal yang telah ditentukan. Menjalani hidup bergantung pada waktu. Setiap jam ada kegiatannya baik itu dari jam tidur sampai pada bangun tidur.
Intinya ialah asrama tidak luput dari peraturan. Asrama dan peraturan sama seperti perangko yang tidak dapat dipisahkan. Asrama itu tempat untuk belajar berbagai hal, atau ruang untuk belajar tentang kedisplinan dan karakter.
Hidup di asrama berarti peserta didik siap untuk diatur karena peraturan itu sudah menjadi makan dan minuman pokok bagi peserta didik. Hidup di asrama mengajarkan peserta didik untuk displin waktu, displin hidup, bertangung jawab dan itu akan menjadi kebiasaan dalam hidup mereka.
Demikian sama halnya bahwa di rumah pun ada aturan. Perbedaannya terdapat pada komitmen untuk merealisasikan dan mempertahankan aturan yang sudah ditetapkan. Seringkali terjadi bahwa kesibukan orang tua pada tugas, membuatnya tidak banyak waktu untuk berkonsentrasi secara penuh menegakkan aturan sebagaimana ketatnya fungsi kontrol yang berlangsung di asrama-asrama.
Secara de facto, Siswa-Siswi SMAK Santa Filomena Mena saat ini, tinggal dan hidup berasrama. Semua Siswa diwajibkan tinggal berasrama tanpa terkecuali. Aturan yang mengikat, telah lama ditetapkan; di antaranya, 04.30 (bangun pagi), 05:30 (misa pagi), 06:30 (berangkat ke sekolah), 13.30 (makan siang), 14.00 (istirahat siang), 16.00 (kerja bakti), 17.00 (mandi dan siap diri), 18.00 (jam belajar tahap pertama), 20:00 (makan malam) 21:00 (belajar tahap kedua) 22:00 (istirahat malam). Hal ini menunjukkan dan merupakan jaminan bahwa hidup di asrama dapat teratur dan tidak ada waktu yang disia-siakan. Kredit poin bagi Siswa-Siswi ialah mereka diajarkan untuk menghargai waktu dan pandai memanfaatkan waktu.
Peraturan berupa jadwal seperti di atas, dimaksudkan untuk membiasakan peserta didik, agar kelak terbawa sampai pada kehidupan di lingkungan masyarakat. Selain disiplin waktu ada juga nilai-nilai dan norma-norma yang selalu menjadi prioritas dalam pendampingan, seperti hidup mandiri, berkarakter, bermoral yang baik, sikap bertanggung jawab taat dan patuh, dll…
Yang kedelapan : Hikmah Akhirnya
Berdasarkan uraian seperti sebelumnya, secara logis, kita temukan bahwa hidup berasrama berdampak positif; menguntungkan peserta didik, terutama dalam pembentukan karakternya. Sebagaimana dari tempat itu peserta didik dapat menemukan hal-hal baru yang seringkali sulit atau bahkan tidak dapat ditemukan dalam kehidupan masyarakat, sedemikian itu, masyarakat sekitarpun seharusnya segera sadar akan pentingnya gerakan bersama membentuk karakter anak melalui sarana hidup berasrama.
Pada akhirnya, asrama merupakan ruang belajar kehidupan, yang di dalamnya, tercipta solidaritas untuk hidup berdisiplin.
Penulis : Ria Dahu (Mahasiswi PPL STP Santo Petrus Keuskupan Atambua). Saat ini sementara menjalankan PPL di SMAK Santa Filomena Mena
Editor : Rm. Yudel Neno
Tinggalkan Komentar