Mena, filomenasmak.sch.id – Telah lama dicanangkan adanya website resmi Sekolah. Pada akhirnya, website hadir di hadapan anda sekalian, dalam pergerakan Spirit Pelindung Santa Filomena.
Website ini telah direstui melalui sidang dewan guru pada tahun sebelumnya. Atas tuntutan zaman yang bersifat segera, pada saat Rm. Zebedeus Nahas, Pr., S.Fil., S.Pd akhirnya hadirnya website ini direstui. Jelas bahwa website ini merupakan ruang akademik digital, yang di dalamnya pesona lembaga dapat digaungkan dan prestasi guru-siswa dapat dipublikasikan.
Tak dapat dipungkiri bahwa zaman di mana serba digital, berdampak pula pada penyesuain akademik serba digital.
Website ini diberi nama filomenasmak dan bukan smakfilomena. Pemindahan posisi kata, dengan menempatkan filomena di depan, sebetulnya untuk menegaskan bahwa filomena-lah yang melindungi berbagai akses belajar-mengajar dan berbagai kegiatan ekstrakurikuler lainnya.
Bahwasannya, Filomena yang berarti Puteri Terang, sedemikian itulah, dengan Terang sama, dapat menerangi pada langkah awal dan pesona cahaya itu terus hingga tak terhingga. Selama cahaya itu masih terpancar selama-lamanya, SMAK Filomena akan tetap jaya untuk selama-lamanya pula.
SMAK Filomena bergerak dalam slogan : Unggul, Mandiri, Berkarakter dan Beriman. Pemberian warna terhadap empat ini, ada artinya. Demikian juga penempatan filomena pada kata depan, pun ada artinya. filomena berada di depan dan Beriman merupakan puncaknya.
Unggul diberi warna hijau untuk menegaskan harapan akan prestasi semakin hijau dan indah tiap saat.
Mandiri diberi warna merah menyala untuk menegaskan tentang pentignya keberanian dan keperkasaan untuk berjuang di atas kaki sendiri.
Berkarakter diberi warna merah hati untuk menegaskan bahwa perbuatan baik perlu bersumber dari hati (nurani). Di sini tertanam dalam bahwa hati (nurani) merupakan tempat persemayaman Allah. Bahwasannya, pada mulanya, hati nurani diam; tak berbicara. Hati nurani yang berbicara, disebut suara hati.
Beriman diberi warna kuning emas untuk menegaskan bahwa orang yang beriman, ia beriman dalam Keagungan Allah. Kata beriman ditempatkan pada akhir, merupakan suatu kenyataan penegasan bahwa iman menjadi puncak dari segala prestasi. Atau dengan kata lain, segala prestasi yang dinarasikan dimaknai dengan slogan unggul, mandiri dan berkarakter, bertujuan dan berpuncak untuk menemukan Allah melalui iman.
Maka genaplah nas Kitab Suci ; Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat (Luk. 6:45).
Dalam terang dan kesaksian hidup Santa Filomena, sinodalitas akademik SMAK Filomena berziarah menuju puncak melalui tangga unggul, mandiri, berkarakter dan berpuncak pada iman.
Filosofi meletakkkan Beriman pada akhir, juga turut menegaskan apa yang telah lama dikatakan oleh Thomas Aquinas bahwa Iman-lah yang menolong budi dan karena indera tak mencukupi. Bertolak lebih ke sini…..Paus Yohanes Paulus II telah membantu dan menginspirasi kita melalui Enksiklik berjudul Fides et Ratio, yang ditulisnya.
Di sana tetap ditegaskan dengan memberi penjelasan lebih kontekstual tentang kenyataan seringkali, yang selalu mempertentangkan iman dan akal budi. Maka kiranya, apa yang telah dikatakan Thomas Aquinas tetap merupakan bantuan berharga bagi kita untuk bijaksana.
Dalam perdebatan Paus Benediktus XVI dengan Filsuf Habermas; keduanya berbeda pendapat tentang apa yang menjadi sumber bagi kodrat manusia. Filsuf Habermas mengandalkan senjata akal budinya. Sementara Paus Benediktus mengandalkan senjata teologisnya ialah iman.
Kepada Filsuf Habermas yang hanya mengedepankan dan mengandalkan kejayaan akal budinya, Paus Benediktus bertanya dengan nada serius dan mendalam; Jika engkau mengandalkan akal budimu; bukankah bom penghancur dunia dan kodrat manusia merupakan ciptaan akal budimu?
Inspirasi teologis kita dapatkan dari sentilan Paus Benediktus XVI bahwa sesungguhnya, hanya imanlah yang dapat menolong budi. Letak persisnya ialah iman menempatkan Allah sebagai sumber segala kehidupan, yang dariNya, segalanya bermula dan kepadaNya pula segalanya tertuju.
Penulis ; RD. Yudel Neno (Pengasuh Mata Pelajaran Doktrin dan Moralitas Kristiani-Dogma dan Mata Pelajaran Kitab Suci)
Tinggalkan Komentar