Nama Saulus-Paulus tidaklah asing. Paulus yang sebelumnya adalah Saulus, terkenal dengan tindakannya terhadap para pengikut Kristus.
Saulus yang tadinya berkuasa dan bernama besar, nampaknya tak berdaya di hadapan Tuhan. Ia rebah di tanah. Ia yang selama ini hanya mendengar suara imam-imam besar, kini ia mendengar suatu suara, yang diucapkan pembicaranya.
Saulus dalam bahasa Ibrani berati yang bertenaga, bernama besar, yang dinginkan.
Saulus adalah orang yang dekat dengan para pembesar; imam-imam besar, dan karena itu, dia diberi surat kuasa (untuk membinasakan). Saulus juga berpengetahuan tinggi, karena ia adalah seorang murid Gamaliel, seorang tokoh tersohor dalam ilmu taurat. Karena ia bernama besar dan berdaya besar, maka apa saja yang diinginkan untuk dilakukan, pasti dilakukan, misalnya penganiyaan.
Terbunuhnya Stefanus, Martir pertama merupakan bukti yang menandai kekhasan Saulus menganiaya. Dikisahkan bahwa kisah pembunuhan itu tidak hanya disaksikan oleh Saulus tetapi juga direstuinya. (Kis. 8:1).
Hati Saulus berkobar-kobar untuk membinasakan para jemaat, para murid Tuhan (Kis. 8:1b-3, 9:1). Supaya tindakan aniaya itu berkekuatan hukum, Saulus meminta surat kuasa (legal standing) dari para pembesar, untuk membinasakan para pengikut Kristus (Kis. 9:2), karena pada kenyataannya, Saulus memang berada di antara lingkaran orang-orang besar dan orang-orang yang berpengaruh.
Dalam perjalanannya ke Damsyik, untuk mengumpulkan para pengikut Kristus, tiba-tiba cahaya memantul dari langit, di sekelilingnya (Kis. 9:3). Ia rebah ke tanah dan didengarkannya suatu suara yang berkata kepadanya: “Saulus, Saulus, mengapakah Engkau menganiaya Aku?” Jawab Saulus: “Siapakah Engkau, Tuhan? Kata Yesus kepadanya: Akulah Yesus, yang kau aniaya itu.
Saulus yang rebah itu, ketika terbangun, berdiri, dan membuka matanya, ia tidak dapat melihat apa-apa. Kebesaran Saulus, lumpuh total di hadapan Kebesaran Allah. Saulus yang tidak melihat apa-apa, menunjuk pada ketidakpercayaannya. Hal itu terjadi karena memang, bagi Saulus, kuasa dan materi tersedia berlimpah dan karena itu, Tuhan tak dapat dipercaya.
Ketika Saulus rebah di tanah, matanya buta, sebetulnya mau menunjukkan bahwa dirinya terlalu kecil di hadapan Tuhan. Nafsunya menganiaya adalah suatu batu sandungan bagi petunjuk Tuhan.
Saulus yang tadinya berkuasa dan bernama besar, nampaknya tak berdaya di hadapan Tuhan. Ia rebah di tanah. Ia yang selama ini hanya mendengar suara imam-imam besar, kini ia mendengar suatu suara, yang diucapkan pembicaranya.
Setelah mendengar suara itu, Saulus sebetulnya dalam nada sadar, lalu bertanya Siapakah Engkau? Tuhan? Saulus tahu, bagaimana kuasa Tuhan berkarya, dan karena itu, ia dapat bertanya demikian.
Saulus yang rebah itu, ketika terbangun, berdiri, dan membuka matanya, ia tidak dapat melihat apa-apa. Kebesaran Saulus, lumpuh total di hadapan Kebesaran Allah. Saulus yang tidak melihat apa-apa, menunjuk pada ketidakpercayaannya. Hal itu terjadi karena memang, bagi Saulus, kuasa dan materi tersedia berlimpah dan karena itu, Tuhan tak dapat dipercaya.
Penyelenggaraan Tuhan terhadap Saulus, tidak berhenti di situ. Tuhan ingin menjadikan Saulus sebagai alatnya, untuk memberitakan NamaNya, kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel (Kis.9:15). Tuhan menaruh Rahmat bagi Ananias, seorang murid Tuhan di Damsyik, untuk menyembuhkan Saulus, dengan menumpangkan tangan. Meskipun Ananias berkeberatan karena dia tahu betul kejahatan Saulus, tetapi atas kuasa Tuhan, Ananias pergi, menumpangkan tangan, dan saat itu, Saulus kembali melihat, dan penuh dengan Roh Kudus. Seusai melihat lagi, Saulus bangun lalu dibaptis, dan kekuatan kuat kembali.
Kita pasti bertanya-tanya, kapan Saulus berubah menjadi Paulus?
Perubahan nama Saulus menjadi Paulus bermotif misi dan bermakna teologis. Dari Saulus besar menjadi Paulus kecil. Dengan menyadari kekecilan, Paulus mengabdi total kepada Sang Maha Besar yakni Tuhan. Dan terbukti bahwa masa lalunya sama sekali tidak mampu menghalangi niat Tuhan untuk berkarya. Karena pertobatan dan kegigihannya mewartakan nama Tuhan ke seluruh dunia, Paulus disebut Rasul dan sekaligus Teolog. Konsep Teologis Paulus yang cukup familiar, dikenal ialah tri makna teologis yakni iman, harap dan kasih.
Nama Paulus dalam bahasa Yunani berarti kecil. Secara teologis, nama Paulus menunjuk pada kekecilan Paulus di hadapan Allah.
Maka ketika ada pertanyaan tentang saat ini persia nama Saulus menjadi Paulus, definisi secara eksegetis dapat kita katakan bahwa momennya bertahan pada saat Saulus rebah di tanah. Penjelasan seperti ini dapat kita temukan dari arti nama Saulus yang berarti berkuasa besar dan Paulus berarti kecil. Ketika ia rebah di tanah, peristiwa itu menandai perubahan nama Saulus menjadi Paulus bahwa ternyata ia begitu kecil di hadapan Allah, dan karena itu, sekaligus menandai pertobatannya.
Telah jelas bahwa Saulus adalah nama lain bagi Paulus (Kis.23:9). Jika disebutkan, Kisah Para Rasul memang lebih konsisten menggunakan nama Paulus, tetapi nama Saulus pun masih disebutkan beberapa kali.
Sebutan nama Paulus sebetulnya, lebih bermotif misi, pasca pertobatannya. Saulus berevolusi, dan namanya berubah menjadi Paulus demi keutamaan pewartaan Injil kepada bangsa-bangsa lain (Yunani, non-Yahudi, Romawi), sebagaimana ditegaskan oleh Yesus dalam (Kis. 9:15).
Perubahan nama Saulus menjadi Paulus bukan untuk menghilangkan jejak Saulus sebagaimana berbagai kejahatan yang telah dilakukannya, karena toh, dirinya akan kembali bertemu kawan-kawan lamanya, dan jemaat yang sama pula. Lagi pula setelah mengkonversi, pada beberapa teks, nama Saulus masih disebutkan. Tidak hanya itu. Setelah Saulus berkomunikasi, dirinya masih ditakuti di kalangan jemaat karena keganasan dan kejahatannya bagi para pengikut Kristus.
Perubahan nama Saulus menjadi Paulus bermotif misi dan bermakna teologis. Dari Saulus besar menjadi Paulus kecil. Dengan menyadari kekecilan, Paulus mengabdi total kepada Sang Maha Besar yakni Tuhan. Dan terbukti bahwa masa lalunya sama sekali tidak mampu menghalangi niat Tuhan untuk berkarya. Karena pertobatan dan kegigihannya mewartakan nama Tuhan ke seluruh dunia, Paulus disebut Rasul dan sekaligus Teolog. Konsep Teologis Paulus yang cukup familiar, dikenal ialah tri makna teologis yakni iman, harap dan kasih.
Saya membaca teks ini dan terkagum-kagum. Paulus pergi mewartakan Injil dengan pernyataan yang telah diletakkan Tuhan di atas dirinya. Paulus menyebarkan Injil kepada orang-orang non-Yahudi, mempergunakan strategi jitu. Di tengah kegigihannya mewartakan Injil, Paulus menyempatkan diri, bertemu dengan orang-orang terpandang.
Mengapa? Karena keberhasilan pewartaan ditentukan oleh orang-orang yang terpandang waktu itu. Hal itu Paulus lakukan, supaya pewartaannya janganlah sia-sia atau percuma.
Paulus tak gentar dalam mewartakan karena dirinya telah diberi kekuatan dan karunia oleh Tuhan untuk mewartakan. Keyakinan itu lebih kuat lagi, ketika dirinya mendapat dukungan dalam persekutuan yang ditandai dengan jabatan tangan, dari Yakobus, Kefas, dan Yohanes.
Walaupun terdapat perbedaan sasaran misi antara kelompok Petrus dan Paulus dimana Kelompok Petrus berkonsentrasi pada orang-orang bersunat dan kelompok Paulus pada orang-orang tak bersunat, namun Paulus meminta agar tidak melupakan orang-orang miskin dalam pewartaan. Dan memang benar, Paulus sangat mengusahakannya.
Dalam misi itu, terjadi masalah antara Paulus dan Kefas. Soal itu muncul karena Kefas tidak konsisten, di mana dirinya tidak ingin duduk bersama dengan orang-orang yang bersunat. Paulus menentang Kefas, karena Kefas salah. Mengapa salah? Karena seharusnya Kefas tidak boleh meninggalkan orang-orang bersunat dari kalangan Yakobus. Kefas, malah meninggalkan mereka, karena takut akan saudara-saudaranya yang bersunat. Sementara sebelumnya telah terjadi kesepakatan tentang sasaran misi pewartaan dan karena itu, sebetulnya, sikap takut Kefas sama sekali tidak dapat diterima.
Paulus melihat bahwa apa yang ditunjukkan oleh Kefas, dan bahkan Barnabas yang awalnya dengan dirinya, merupakan suatu sikap yang tidak konsisten, yang tidak sesuai dengan kebenaran Injil. Kebenaran Injil yang dimaksud ialah amanat misi Yesus, yakni pergilah ke seluruh dunia, wartakanlah Injil, baptislah mereka dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus.
Paulus mau menunjukkan bahwa budaya boleh berbeda, tetapi bagi pewarta dan dalam pewartaan, tidak boleh membeda-bedakan. Bagi Paulus, sunat dan tidak sunat, tidak penting bagi orang beriman. Yang penting ialah mengimani Allah. Itu yang dikenalnya dengan sunat hati, maksudnya menerima dan mewartakan Allah dengan hati yang terbuka, tulus dan bersih.
Penulis : Rm. Yudel Neno, Pr, Pastor di Paroki Santa Filomena Mena, Keuskupan Atambua, Kabupaten Timor Tengah Utara
Sumber Bacaan:
Alkitab Edisi Studi
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
Mantap adik..
Tingkatkan talentanya…
Tinggalkan Komentar